Advertisement
Dayu Laras Wening dan Lutfhia Adila, penemu tusuk gigi pendeteksi boraks |
Dalam kompetensi bergengsi tingkat internasional untuk inovasi kaum muda IEYI (International Exhibition for Young Inventors) yang berlangsung di di Gedung SMESCO, Jl Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Barat, 30 Oktober – 1 November 2014, dua siswi SMA berhasil membuat karya inovatif tusuk gigi pendeteksi boraks. Penemuan ini memberi citra positif bagi perkembangan inovasi kreatif yang lahir dari tangan-tangan pelajar muda Indonesia.
Dayu Laras Wening dan Lutfhia Adila, adalah dua siswi SMA Negeri 3 Semarang yang membuat karya inovatif tusuk gigi pendeteksi boraks tersebut. Prinsip dari alat ini sangat simple, tinggal tusukan tusuk gigi pendeteksi boraks tersebut ke makanan, tunggu lima menit, dan sudah bisa dilihat apakah makanan yang ditusuk tersebut mengandug boraks atau tidak. Jika tusuk gigi kemudian berubah warna menjadi warna kemerahan maka dipastikan makanan tersebut mengandung boraks. Namun jika warna tidak berubah berarti makanan aman untuk disantap, alias tidak mengandung boraks.
"Sensitivitasnya tinggi. Kalau di atas 5 persen (kandungan boraksnya) warnanya langsung merah. Kalau di bawah 5 persen munculnya bintik-bintik kecil di ujung stik," tutur Luthfia, yang saya kutip dari DetikCom.
SIBODEC atau Stick of Borax Detector adalah nama yang diberikan oleh kedua siswi kelas XII tersebut. Atas karyanya tersebut kedua siswi ini mendapat penghargaan dalam ajang yang diselenggarakan oleh LIPI tersebut.
Dalam ajang International Exhibition for Young Inventors tersebut menampilkan 202 invensi, terdiri dari 142 invensi peserta intenasional dan 60 invensi peserta nasional. Dan dari seluruh invensi yang tampil itu, dewan juri memilih para pemenangnya mendapatkan apresiasi medali emas, perak, dan perunggu, dalam acara penganugerahan pemenang di Auditorium LIPI Jakarta.
Dayu Laras Wening dan Lutfhia Adila
Dua siswi berhijab Dara Laras Wening (17) dan Luthgia Adila (17) tidak menyangka karya inovatinya akan berhasil lolos mengalahkan 202 invensi pada ajang International Exhibition for Young Inventors tersebut. Mengingat lawan-lawannya bukan cuma berasal dari sekolah dalam negeri saja melainkan dari sekolah luar negeri juga.
Seperti yang ditulis ilmuwancilik.com, kedua siswi ini ketika ditemui di sekolahnya mengatakan, temuanya berawal dari ketika isu banyaknya daging yang beredar dipasaran mengandung boraks ramai sekali diperbincangkan. Kedua remaja ini bertanya-tanya, bagaimanakah cara mendeteksi keberadaan boraks dalam daging tersebut?
"Berawal dari kepekaan kita kepada lingkunga. Ternyata kalau mau cek itu haru ke laboratorium, bayar Rp. 30.000 untuk satu sample dan harus menunggu selama 3 menunggu untuk prosedurnya" kata Wening. Akhirnya Wening dan Lutfia berkonsultasi dengan guru pembimbingnya hingga akhirnya tercetus ide untuk memanfaatkan tusuk gigi. Menurut mereka dengan menggunakan tusuk gigi lebih praktis dan yang pasti murah.
“Jadi orang-orang kalangan bawah juga harus bisa cek sendiri. Kalau pakai tusuk gigi kan murah, praktis. Tadinya kepikiran pakai tusuk sate, tapi kebesaran,” tegas kedu adara tersebut.
Sungguh, bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya memiliki potensi luar biasa untuk berbagai penemuan ilmiah yang hasilnya bisa sangat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas. Salah satunya yang dibuktikan oleh Dayu Laras Wening dan Lutfia Adila tersebut. Sekilas penemuan ini sangat sederhana, tetapi manfaatnya sangat luar biasa dan mungkin tidak terpikirkan sebelumnya bahwa tusuk gigi bisa berfungsi sebagai pendeteksi zat berbahaya boraks.
Dan tentu peran Guru juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan sensitifitas potensi siswa. Siswa tentu memiliki potensi masing-masing, dan guru tentunya juga mempunyai tanggungjawab untuk mampu melihat potensi-potensi yang dimiliki siswa tersebut, agar karya-karya inovatif lahir sebagai pembaharuan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat. Selamat untuk kedua siswi berprestasi ini!
Advertisement
Terimakasih telah berkunjung ke blog pekerjaanguru.blogspot.com, mudah-mudahan bermanfaat!
Baca juga:
No comments:
Post a Comment